BerandaKARIMUNDato Aswandy Syahri: 1...

Dato Aswandy Syahri: 1 Mei 1828 Momen Karimun, Kundur, Buru, Moro Bersatu di Bawah Kepemimpinan Raja Abdulrahman

Google search engine

KARIMUN, kabarkarimun.com – Dato Aswandy Syahri adalah tokoh penting dimana hasil penelitiannya tentang Kesultanan Riau Lingga yang sudah 10 tahun lalu ia mulai diabadikan menjadi Hari Jadi Pentadbiran Karimun.

Diputuskannya 1 Mei 1828 sebagai tanggal bermulanya petadbiran Karimun bukanlah tanpa sebab, dan bukti. Beliau bahkan membawa dokumen autentik yang berasal dari Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta, dan Arsip Kesultanan Riau Lingga yang ia peroleh dari Museum Leiden Belanda.

“Tanggal 1 Mei 1828 merupakan tanggal di mana Pulau Karimun, Kundur, Buru, Moro, dan pulau-pulau lainnya yang masuk dalam Pemerintahan Kab.Karimun menjadi satu di bawah kepeminpinan Raja Abdulrahman,” ucapnya.

Raja Abdulrahman merupakan Amir (pemimpin) pertama yang memerintah di beberapa pulau yang termasuk dalam daerah Kab.Karimun pasca usainya perang yang berkepanjangan.

“Sebelum diperintah oleh Raja Abdulrahman yang merupakan anak dari Yang Dipertuan Muda Kesultanan Riau Lingga Raja Jaafar, Karimun merupakan daerah yang penuh dengan konflik, dan menjadi rebutan beberapa kerajaan dan negara penjajah,” ungkapnya

Di samping Karimun menjadi daerah yang sangat strategis, dan merupakan jalur pelayaran kapal-kapal dagang dari luar negeri, hasil timah yang dimiliki Karimun juga menjadi rebutan sehingga memicu konflik dan perebutan kekuasaan oleh kesultanan di nusatara dan negara-negara penjajah.

Saran Berita  Bupati Karimun Resmi Buka Turnamen Domino KMG Cup I, Total Hadiah Rp24 Juta

“Di masa itu, Karimun merupakan daerah yang padat penduduk. Pasca perang yang berkepanjangan, penduduk di Karimun banyak yang lari ke daerah lain karena ketakutan. Pada masa pemerintaha Raja Abdulrahma, penduduk Karimun yang melarikan diri ke daerah-daerah lain, kembali diajak kembali ke Karimun oleh Raja Abdulrahman,” tuturnya.

Peristiwa-peristiwa peperangan di Kab.Karimun sempat ditulis oleh Raja Ali Haji dalam bukunya Tuhfat Al-Nafis dan juga oleh penulis-penulis luar negeri di dalam banyak buku.

“Awal mulanya Pak Bupati Aunur Rafiq meminta saya hadir ke Karimun sebagai narasumber dalam seminar pembahasan bermukanya penadbiran Karimun. Saya kira awalnya hanya seminar biasa, tapi kemudian ia menghubungi minta hasil seminar langsung ditetapkan sebagai Hari Jadi Karimun, maka saya cepat-cepat menyiapkan makalah dengan melampirkan bukti-bukti yang saya peroleh selama penelitian 10 tahun,” sebutnya.

Bukti- bukti yang ditampilkan oleh Aswandy dalan makalahnya, antara lain surat ingatan Raja Ja’far kepada Raja Abdulrahman yang sampai ke tangannya pada tanggal 1 Mei 1828. Surat pemberitahuan oleh Raja Abdulrahman ke residence eliot di Tanjung Pinang tertaggal 4 Mei 1928.

Saran Berita  Kewenangan Pelabuhan Parit Rempak Kembali ke BUP, Adi Hermawan: TPR Hanya Katongi Izin Bongkar Muat"

“Raja Abdulrahman sampai ke Karimun tanggal 1 Mei 1828, dan surat ingatan dari Raja Jaafar itu sampai ke tangannya tanggal 4 Mei 1828. Isi suratnya antara lain memuat tentang penambangan timah di Karimun, dan di Kundur. Dan memerintahkan Raja Abdulrahman untuk memanggil kembali rakyat di Karimun yang lari akibat perang untuk kembali ke Karimun kemudian banyak beberapa poin lagi hingga 8 poin,” tuturnya.

Nama Karimun Darusallam yang di sebutkan Raja Abdulrahman dalam suratnya kepada Resedince Eliot merupakan suatu keunikan tersendiri, karena di dalam sejarah alam Melayu, daerah yang mendapatkan gelar Darussalam hanya ada dua yaitu Aceh dan Karimun.

Aswandy Syahri mendapatkan penghargaan oleh Bupati Karimun atas jasanya menjadi narasumber dalam penentuan Hari Jadi Karimun serta pemikiran, dan penelitiannya dijadikan dasar penetapan Hari Jadi Karimun tanggal 1 Mei 1828. (nku)

SARAN BERITA
Google search engine